Selasa, 05 November 2013

ciri dan contoh frasa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pembicaraan tentang sintaksis, bidang yang menjadi lahannya adalah unit bahasa berupa kalimat, klausa dan frase.
Manusia dalam bertutur sapa, berkisah, atau segala sesuatu yang dapat dikatakan sebagai berbahasa, selalu memunculkan kalimat-kalimat yang diirangkai, dijalin sedemikian rupa, sehingga berfungsi optimal bagi si penutur dalam upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara kerjasamanya dengan orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengertian dan ciri frase?
2. Sebutkan jenis-jenis dan contoh frase?

1.3Tujuan Dan Manfaat Penulisan

1. Dapat menjelaskan pengertian dan ciri frase.
2. Dapat menjelaskan  jenis-jenis dan contoh frase.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian dan Ciri Frasa
Dalam berbagai batasan para ahli,frasa selalu didefinisikan sebagai satuan bahasa yang terdiri atas konstituen atau lebih yang tidak melampauhi batas fungsi (baca pula Badudu,1986; Ramlan, 1994). Syarat dari dua konstituen atau lebih ini harus memiliki keterkaitan  atau hubungan (terutama makna) yang erat. Konstituen yang satu boleh menjadi inti atau head dari konstituen lainny dan konstituen yang lain dapat menjadi atribut atau penjelas dari konetituen inti.
Dalam analisis klausa atau kalimat, sebuah konstituen dapat disebut frasa apabila konstituen tersebut dapat menduduki satu fungsi kalimat(istilag fungsi mengacu pada pandangan Verhaar, 1986), apakah fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Untuk memperjelas uraian dan batasan di atas, berikut ini dikemukakan contoh kontruksi yang memuat frasa.
1.    Ayah saya sedang membaca sebuh buku di teras rumah.
Kontruksi tersebut terdiri atas empat bagian / kelompok, yaitu (1) ayah saya, (2) sedang membaca ,(3) sebuah buku , dan (4) di teras rumah.Bagian pertama, yaitu terdiri atas dua konstituen pembentuk yakni ayah dan saya, bagian ke dua, yaitu juga terdiri atas dua pembentuk, bagian ke tiga, yaitu terdiri atas dua konstituen pembentuk, yakni sebuah dan serta bagian ke empat, yaitu terdiri atas tiga pembentuk yakni di, teras, dan rumah.
Dalam analisis fungsi sintaksis,konstituen ayah saya menduduki fungsi subjek (s), sedang membaca menduduki fungsi predikat (p), konstituen sebuah buku menduduki fungsi objek (O), dan  konstituen di teras rumah menduduki fungsi keterangan (k).
Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut, frasa dapat dicirikan sebagai berikut:
1.    Terdiri atas dua konstituen pembentukan atau lebih yang memiliki kedekatan hubungan.
2.    Konstituen frasa adalah kata (bukun morfem).
3.    Hanya menduduki atau mengisi satu fungsi , (slot,istilah Badudu).
4.    Merupakan konstituen klausa.
5.    Bagian-bagian frasa tidak boleh dipertukarkan atau di balik susunannya.
6.    Frasa dapat diperluas dengan tambahan kata di depan, di tengah, atau di belakang.
Khusus ciri (5) dan (6) di atas, berikut diperhatikan contoh (2a) dan (2b) berikut:
(2a) Baju biru adik saya sangat bagus
Konstituen (2a) di atas terdiri atas tiga frasa, yaitu baju biru, adik saya,dan sangat bagus .Susunannya dapat diubah,te tapi kata-katanya tidak boleh dipertukarkn.
Misalnya :    sangat bagus /baju biru //adik saya
bagus sangat / biru baju //saya adik
(2b) baju biru  bias diperluaskan dengan
baju yang biru
sehelai baju biru atau baju biru mudah
2.2    Jenis-Jenis Frasa
     Dalam berbagai pendekatan, frasa dapat di kelompokkan kedalam beberapa jenis.Frasa dapat ditentukan jenisnya kedalam konstituen pembentuknya, pola urutannya, disyribusinya, atau dapat pula ditentukan jenisnya berdasarkan kategori /kelas kata pembentuknya (lihat pula Badudu, 1986; Soeparno, 1987:7; Djajasudarma, 1997; serta Ramlan, 1996).
2.2.1 Penjenisan Frasa Berdasarkan Jumlah Konstituen Pembentuk
Berdasarkan jumlah konstituen pembentuknya, frasa dapat dibedakan atas frasa yang  dua konstituen pembentuk dan dapat pula terdiri atas lebih dari dua konstituen pembentuk . Konstituen pembentuknya dapt berupa kata dan dapat berupa frasa. Contoh dan uraian mengenai hal ini dapat dilihat pada pokok bahasan konstruksi-konstruksi sintaksis, terutama yang berkaitan dengan pembentukan frasa dan struktur frasa.
a.    Frase yang terdiri atas dua konstituen pembentuk.
Contoh frase berdasarkan dua konstituen pembentuk :
    Celana merah
    Meja bundar
    Gunung tinggi

b.    Frasa yang terdiri lebih dari dua kostituen.
Contoh frasa yang terdiri lebih dari dua kostituen.
     Di teras sekolah
     Saya membeli rumah di kendari
2.2.2 Penjenisan Frasa Berdasarkan Hubungan Pola Urutan
Berdasarkan pola urutan, frasa dapat dibedakan atas frasa yang berpola urutan konstituen diterangkan (D) mendahului konstituen menerangkan (M) atau sebaliknya konstituen menerangkan (M) mendahului konstituen diterangkan (D).  (Hukum DM menurut Sutan Takdir Alisjahbana). Konstituen diterangkan menjadi inti (head) sebuah frasa sedangkan konstituen menerangkan menjadi atribut atau penjelas sebuah frasa. Karena itu, pola DM adalah sebuah pola dalam bahasa yang menempatkan konstituen diterangkan (D) mendahului konstituen menerangkan (M). Sebaliknya, pola MD adalah sebuah pola dalam bahasa yang menetapkan konstituen menerangkan (M) mendahului konstituen diterangkan (D). Dalam bahasa Indonesia, urutan konstituen/kata yang diterangkan pada umumnya terletak di depan konstituen yang menerangkan (walaupun sekarang telah banyak data bahasa Indonesia yang tidak mengikuti pola DM seperti yang telah dijelaskan sebelumnya).
Berdasarkan hubungan pola urutan frasan dibagi dua, yaitu :
a.    Frasa yang berpola urutan konstituen diterankan (D) mendahului konstituen menerankan (M).
Contoh :
    Bola sepak
    Tinju ring
    Ayam makan
b.    Frasa yang berpola urutan konstituen menerankan (M) mendahului kostituen diterankan (D).
Contoh :


    Paling sakit
    Sangat marah
    Sepak bola


2.2.3 Penjenisan Frasa Berdasarkan Kategori/Kelas Kata
Berdasarkan kategori atau kelas kata pembentukannya, frasa dapat di bedakan atas konstituen yang diisi/dibentuk kata yang berkategori/berkelas kata umum (seperti,verbal,nomina,adjektiva, numeralia) dan kata yang berkategori kelas kata perangkai (seperti preposisi dan konjungsi ). Frasa yang diisi oleh kata yang berkategori kelas kata utama menjadi inti frasa dan frasa yang diisi oleh kata yang berkategori kata perangkai menjadi perangkai kata.
Berdasarkan konstituen inti, kategori frasa sebagai berikut:
1.    Frasa nomina, misalnya sepatu baru
Kursi  buatan Jepang
Jakarta, ibukota Indonesia
2.    Frasa verbal, misalnya sudah tidur
Baru saja dating
Berlari cepat
3.    Frasa adjektiva misalnya, baik sekali
Benar-benar baik
Amat baik
4.    Frasa numeral misalnya, tiga ratus biji
Dua biji
Empat kosong
Konstituen-konstituen yang dicetak miring  dalam (1), (2), (3), dan (4)  tersebut merupakan inti  dari frasa nominal, verbal, adjectival, dan numeral.
Berdasarkan konstituen perangkai   relator) , frasa dibedakan atas:
5.    Frasa preposisional seperti di, Kendari, ke Kendari, dari  Kendari
6.    Frasa  konjungsional, seperti   sampai bertemu lagi, untuk anda, saya dan anda
Konstituen-konstituen yang dicetak miring dalam konstruksi (5), dan (6) termasuk konstituen perangkai.










BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Frase adalah kesatuan yang lebih besar dari kata dan lebih kecil dari kalimat. Frase dapat dikelompokkan berdasarkan jenisnya berdasarkan konsituen pembentuknya, pola urutannya, distribusi, atau dapat pula ditentukan jenisnya berdasarkan kategori/kelas pembentuknya.

3.2 SARAN
            Pemahaman satuan sintaksis  bahasa Indonesia , selain dapat menjadi bekal dalam pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari juga dapat bermanfaat dalam pembinaan kemampuan berbahasa siswa. Sehingga, materi ini harus benar-benar dikuasai dan dipahami.

DAFTAR PUSTAKA

www.scrib.com/makalah sintaksis Bahasa Indonesia
Miftaresti.blogspot.com/makalah sintaksis Bahasa Indonesia
















KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusus dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah menulis Program Studi Pendidikan Bhasa dan Sastra Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang kami temukan, namun kami berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik   dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya  dan bagi  pembaca umumnya.


Kendari, 27 Februari 2013
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL   
KATA PENGANTAR   
DAFTAR ISI   
Bab 1. PENDAHULUAN   
1.1    Latar  Belakang   
1.2    Rumusan Masalah   
1.3    Tujuan dan Manfaat Penulisan   
Bab 11. PEMBAHASAN   
2.1 Pengertian dan cirri frasa   
2.2 Jenis-Jenis frasa     
- Penjenisan frasa berdasarkan jumlah konsituen pembentuk   
- Penjenisan frasa berdasarkan hubungan pola urutan   
- Penjenisan frasa berdasarkan kategori/kelas kata   
Bab 111. PENUTUP   
3.1 Kesimpulan   
3.2 Saran   
DAFTAR PUSTAKA   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar